Catatan: Didik Luhur Pambudi, Wakil Sekjen Vokalis Rock Indonesia & Pendiri Teater O USU Medan
Sebenarnya tulisan ini disarikan dari pengalaman berteater selama di Teater O Universitas Sumatra Utara (USU) Medan di kurun waktu 1990-an, saat saya masih mahasiswa.
Dalam masa itu saya mendapat penggemblengan dasar tentang teknik akting dari para senior dan terutama almarhum Buoy Hardjo (guru teater saya).
Buoy selalu mengedepankan teknik perwatakan untuk “menjadi” bukan “berperan” di atas panggung teater.
Baca Juga: Merantau
Satu buku yang paling umum dipakai dalam pelatihan teater kami adalah “12 Jembatan Keledai” karya alm WS Rendra.
Dalam perjalanan sebagai penulis lagu dan anggota Vokalis Rock Indonesia, saya menilai, pemahaman tentang akting di teater dan aksi di panggung memiliki beberapa kesamaan.
Tulisan ini pun hanya sekadar catatan saya bukan diperuntukkan bagi para musisi yang sudah malang-melintang di panggung pertunjukan, sehingga saya beri judul “12 Jembatan Keledai untuk Aksi Panggung”.
Saya menilai, teori ini tidak dibutuhkan para musisi bertalenta apalagi yang telah memiliki jam terbang tinggi.