MengingatNya

- Senin, 17 Februari 2020 | 15:59 WIB
Fery Heriyanto
Fery Heriyanto

Oleh: Fery Heriyanto, Wartawan Haluan Kepri

Bagi kami, apa yang dilakukan Pria itu, tidak akan pernah kami gubris. Termasuk memberi komentar terhadap semua sikap dan pekerjaan yang dilakukannya. Bagi kami, semua yang dilakukannya adalah hak dia .

Namun, akhir-akhir ini, tindak tanduk yang diperlihatkan, sedikit memberi efek pada pikiran kami. Soalnya, sikap yang dia tunjukan terlalu berlebihan. Bahkan boleh dikatakan sangat menghamba. Sekali, dua kali, kami hanya melihat saja. Tapi, lama kelamaan, kami mulai berpikir untuk melakukan diskusi dengannya.

"Maaf, kenapa Anda begitu 'patuh' kepada lelaki tersebut?" tanya kami kepada Pria itu pada suatu kesempatan.

"Bagaimana saya tidak patuh. Soalnya, lelaki itu telah memberikan segala apa yang saya perlukan. Bahkan, tanpa saya minta pun, dia memenuhi segala kebutuhan saya," balas Pria ini.

"O, begitu. Berarti Anda tergolong orang-orang yang tahu berterima kasih, punya integritas, dan loyal pada orang yang telah memenuhi segala kebutuhan Anda," tutur kami lagi.

"Ya, itu sudah menjadi prinsip saya. Coba bayangkan, bagaimana susahnya saya dulu. Jangankan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, untuk diri sendiri saja saat itu, saya tidak sanggup. Tapi kini, sejak saya dibantu dia, segala kebutuhan saya bisa terpenuhi. Bahkan, dalam waktu tertentu, apa yang saya peroleh berlebih. Saya pun bisa membaginya pada yang lain," tutur Pria ini kembali memberi penjelasan.

"Boleh dikatakan, saya sangat berhutang budi pada dia. Jadi, apapun yang ditugaskannya, akan saya laksanakan dengan baik," tambahnya lagi.

"Bagus itu. Kami senang melihat dan mendengarnya," balas kami.

"Saya tidak bisa bayangkan, jika saya tidak jumpa dan dibantu lelaki itu. Mungkin saya sudah terlunta-lunta di tengah kejamnya kondisi saat ini," ucapnya lagi.

"Tapi, maaf, sejak Anda seperti ini, Anda mulai mengalami perubahan yang cukup kental di mata orang-orang sekitar Anda..." ungkap kami pelan.

"Oya? Saya rasa tidak," balasnya sambil menatap kami.

"Maaf, mungkin Anda tidak merasa. Tapi, orang-orang sekeliling Anda melihat itu," ujar kami.

"Apa itu?" ujarnya bertanya.

"Maaf, sebelum ini, Anda termasuk orang yang suka bersosialisasi dan taat beribadah. Tapi, kini, hal itu tidak tampak lagi. Dan yang membuat orang-orang menyanyangkan, Anda begitu takluk, ingat, dan patuh pada lelaki yang memenuhi segala kebutuhan Anda. Sementara dengan Allah SWT yang memberi Anda nafas, kesehatan, kekuatan, termasuk menciptakan orang-orang yang Anda cintai, Anda lupa. Sementara Anda tahu, kami, dan seluruh yang ada di dunia ini, termasuk lelaki itu, juga diciptakan oleh Allah SWT. Namun kini, kenapa Anda mulai tidak patuh padaNya?" ***

Editor: adminhaluan

Terkini

Dia Ingkari Sejarah Itu

Minggu, 13 November 2022 | 08:12 WIB

Puisi-Puisi Rosy Ochy

Senin, 24 Oktober 2022 | 05:47 WIB

"Bukankah itu Namaku?"

Minggu, 23 Oktober 2022 | 18:56 WIB

Pengaruh Bahasa Orang Tua Terhadap Komunikasi Anak

Senin, 1 Agustus 2022 | 19:00 WIB

Sastra dan Perkembangan Masa Kini

Senin, 25 Juli 2022 | 19:24 WIB

Lebaran di Kepala

Selasa, 26 April 2022 | 15:44 WIB

Memperingati Hari Ibu: Quo Vadis Emansipasi

Kamis, 23 Desember 2021 | 10:09 WIB

12 Jembatan Keledai Aksi Panggung Vokalis

Minggu, 19 Desember 2021 | 06:28 WIB

Fauzi Bahar Datuak Nan Sati Pimpin LKAAM Sumbar

Sabtu, 18 Desember 2021 | 07:39 WIB

Awet

Selasa, 30 November 2021 | 14:37 WIB

Merantau

Sabtu, 11 September 2021 | 21:30 WIB

Mut

Rabu, 21 Juli 2021 | 15:03 WIB

Komitmen

Senin, 8 Februari 2021 | 09:29 WIB

Menanti Cinta dalam Ta'aruf

Kamis, 9 Juli 2020 | 16:41 WIB
X