Oleh: Hasanuddin A Abidin
Dalam beragama dan berkehidupan, kita diharapkan tidak hanya memiliki kesalehan ritual, tapi juga kesalehan sosial dan kesalehan spiritual. Di samping tekun melaksanakan ibadah-ibadah ritual yang bersifat wajib maupun sunah, kita juga diharapkan punya interaksi dan manfaat sosial yang baik dan berkeadaban dengan sesama.
Dengan kesalehan ritual dan sosial tersebut, kita diharapkan dapat mempunyai kualitas spiritualitas diri yang baik, mempunyai hubungan yang baik dengan Allah SWT, serta dapat memberikan makna dan dampak yang positif untuk manusia dan kemanusiaan.
Selain ketiga bentuk kesalehan di atas, pada era globalisasi dan komunikasi berbasis internet saat ini, kesalehan bermedia sosial juga menjadi sangat penting kita perhatikan.
Baca Juga: Eks Gubernur Sumsel, Alex Noerdin Divonis 12 Tahun Penjara
Berdasarkan data Datareportal, pada Februari 2002, dari 277,7 juta penduduk Indonesia, terdapat sekitar 370,1 juta koneksi telepon genggam, 204,7 juta pengguna internet, dan 191,4 juta pengguna aktif media sosial. Dari statistik ini terlihat bahwa potensi media sosial sangat besar dalam menyebarkan kebaikan maupun kebatilan.
Media sosial seperti Youtube, Facebook, Instagram, dan Twitter dapat digunakan sebagai media dakwah untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan.
Namun, pada saat yang sama, juga dapat digunakan untuk memecah belah, menyebarkan fitnah, berita bohong, dan hujatan kebencian. Dengan kata lain, bermedia sosial punya potensi untuk memperoleh amal jariah maupun dosa jariah.
Islam sebenarnya sudah mengajarkan sejumlah prinsip berinteraksi dan berkomunikasi untuk membangun kesalehan bermedia sosial.
Baca Juga: Transportasi Laut Diminta Hati-Hati terhadap Gelombang Tinggi
Contohnya, kita dilarang untuk mengolok-olok, mencela satu sama lain, dan saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk (QS 49:11).
Kita juga diminta menjauhi prasangka, mencari-cari kesalahan, dan menggunjing orang lain (QS 49:12); dan diminta menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna (QS 23:3).
Kita juga diminta berhati-hati dalam menyikapi suatu berita atau informasi yang kita peroleh (QS 49:6). Jangan cepat-cepat kita sebarkan sebelum kita yakin akan keabsahannya. Saring dulu sebelum kita sharing.
Bahkan, menurut Socrates, tiga lapis saringan harus dilalui suatu informasi sebelum dapat kita sharing, yaitu saringan kebenaran, kebaikan, dan kemanfaatan.
Artikel Terkait
Lagi Membaca AlQur'an Lalu Azan Berkumandang, Apa Sikap Kita?
Berikut Tingkatan Syukur Menurut Imam Al-Ghazali
Jubah Integritas
Kesempatan untuk Bertobat
Berikut Keutamaan Membaca 2 Ayat Terakhir Surat At Taubah
Visi Tranformatif Ibadah Haji Pasca Pandemi