Oleh: H. Muhammad Nasir. S.Ag., M.H., Kakan Kemenag Lingga
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik ( QS Al-Hadid: 57:16).
Dalam persfektif moralitas-ekologis ( ecological morality ), ayat diatas mengingatkan manusia untuk kembali menyadari mengapa bencana di bumi semakin merebak dan tak dapat dikendalikan oleh teknologi yang dibanggakan manusia modern.
Ayat tersebut memberi pentunjuk bahwa hanya dengan kesadaran yang tinggi (ketundukan hati/submission) bencana itu dapat dipahami dan diatasi.
Bencana alam yang sering terjadi dimana-mana akhir-akhir ini, membuat dunia tersentak dan khawatir akan keberlangsungan hidup di bumi. Banyak pengamat lingkungan mengatakan bahwa dunia sekarang sedang berduka, bencana demi bencana terus melanda, baik bencana alam maupun bencana non alam. Disamping itu yang tak kalah mengkhawatirkan adalah bencana moral yang memporak porandakan tatanan kehidupan berbangsa dan beragama.
Dalam perspektif Islam terjadinya bencana menunjukkan adanya korelasi peringatan Allah SWT terhadap azab dan ujian bagi manusia. Keyakinan ini sangat kuat dan pasti sebab tidak ada satupun bencana terjadi di bumi kecuali karena kehendak Allah SWT. Terhadap hal ini, jauh sebelumnya Allah telah mengingatkan manusia dalam QS. Ar-Rum ayat 41 ; 41. “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Ayat tersebut mengingatkan manusia tentang dua kerusakan akibat bencana yang terjadi di bumi, yaitu kerusakan lingkungan (environmental damage) dan kerusakan moral (moral decay). Kerusakan lingkungan saat ini sudah diambang batas tertinggi, sehingga setiap saat kebijakan negara di dunia tertuju pada upaya mencegah kerusakan alam atau lingkungan.
Dalam Al-Quran menyebutkan kerusakan ini dengan istilah al-fasad dan disebut sebanyak 50 kali ( Tafsir Al-Quran Tematik : 2012 ). Kerusakan terjadi akibat ulah tangan manusia sendiri ( QS 41 : 41 ) yaitu karena kerakusan, ketamakan, hedonis, hidup mubadzir, destruktif dan lain sebagainya. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia modern telah lari dari agama. Kenyataan ini ditunjukkan oleh sikap ilmuan dalam membicarakan bencana, mereka hanyalah mengkaji, meneliti secara ilmiyah, diseminarkan untuk kemudian melahirkan ilmu pengetahuan semata. Padahal alam dan segala isinya adalah ayat Allah SWT untuk direnungi agar melahirkan kesadaran iman kepada Allah SWT.
Disamping itu, yang tak kalah mengkhawatirkan adalah bencana moral. Dunia kita sedang mengalami krisis moral yang sangat parah. Kita semua menyadari bahwa dampak negatif kemajuan tehnologi informasi telah ikut mempengaruhi moralitas masyarakat global.
Masyarakat yang biasanya memiliki prinsif hidup yang kuat untuk membedakan mana yang baik dan buruk, sudah mulai terkikis ditelan zaman sehingga prinsip hidup bersandarkan agama kurang menjadi prioritas dalam kehidupan, akibatnya antara hak dan bathil, halal dan haram tidak lagi menjadi prioritas dalam kehidupan. Padahal manusia sepakat bahwa agama adalah panduan dan ukuran nilai utama dalam kehidupan manusia.
Bencana alam dan bencana moral ternyata belum menyadarkan manusia modern Akibatnya pola hidup manusia sedemikian rumit. Manusia seakan-akan tidak berdaya mengatasi permasalahnnya sendiri walaupun tehnologi begitu canggih dan modern.
Dalam pandangan Islam becana alam dan bencana moral terjadi, disebabkan oleh manusia sudah lari dari petunjuk agama. Indikasi tersebut sangat jelas bahwa tehnologi hasil cipta karya manusia, tidak lagi mengikut sertakan Tuhan dalam pengembangannya.
Menyebut nama Tuhan hanya di rumah-rumah ibadah, ketika menjenguk orang sakit, ketika melarat kelaparan dan ketika dihinpit kesulitan hidup. Analisis dan kesimpulan para ilmuan terhadap kejadian bencana tidak lagi terkait dengan kekuasaan pencipta, dan bahkan para ilmuan sangat berat menyimpulkan bahwa kejadian itu karena kehendak Allah SWT. Sebab jika itu kesimpulannya dianggap tidak ilmiah dan modern. Hal ini dapat dibuktikan seperti faham-faham yang dikembangkan oleh Nietzche, Freud dan Marx serta Adam Smith dalam faham homo economicus-nya ( Muhammad Amin Aziz ; 2008 ).
Menurut Al-Quran bencana dan musibah yang terjadi adalah akibat ulah tangan manusia. Hal ini dijelaskan dalam Qs.Al-Syura [42]: 30 ). Allah swt berfirman ; Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar”.
Artikel Terkait
Silaturrahmi
Berikut Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar
Berikut Keutamaan Zakat Fitrah Wajib Dibayarkan
Siapa Saja Orang yang Wajib Menunaikan Zakat Fitrah?
Zakat Mensucikan Harta dan Jiwa