Oleh: Ahmad Agus Fitriawan
Rasulullah SAW bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama, cukup bagimu amal yang sedikit.” (HR Abu Dawud dan an-Nasa’i).
Dalam hadis lain Rasul SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.” (HR an-Nasa’i).
Hadis di atas menunjukkan bahwa tanpa keikhlasan, ibadah tidak akan diterima Allah SWT. Kita hanya mengharap ridha dari-Nya agar ibadah diterima.
Ikhlas adalah urusan hati. Berusaha ikhlas artinya berusaha untuk membuat hati tenang, tidak membuatnya gelisah menanti imbalan atau balasan. Dengan hati yang ikhlas, maka hati kita pun akan lebih tenang menjalani kehidupan.
Bagaimana cara berusaha ikhlas dalam beramal, bagaimana cara agar senantiasa istiqamah mengharapkan ridha Allah SWT?
Bagaimana cara berusaha ikhlas dalam beramal, bagaimana cara agar senantiasa istiqamah mengharapkan ridha Allah SWT?
Syekh Abdul Muhsin al-Qasim (ulama kelahiran Makkah) memberikan tip berusaha ikhlas dalam beramal.
Pertama, berdoa. Sebagaimana doa yang sering dibaca Umar bin Khattab RA, “Ya Allah, jadikan seluruh amalku bernilai kebaikan, dan jadikanlah amal tersebut benar-benar ikhlas hanya untuk wajah-Mu, dan jangan jadikan sedikit pun dari amal tersebut untuk siapa pun (selain Engkau).” (Jaamiul Masail karya Ibnu Taimiyyah).
Kedua, menyembunyikan amal. Nabi SAW besabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Di antaranya, seseorang yang bersedekah dengan satu sedekah, lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.” (HR Bukhari No 1423 dan Muslim No 1031).
Ketiga, selalu melihat orang yang lebih baik dari diri sendiri dalam beramal saleh. Jadikanlah selalu para nabi dan orang saleh dari kalangan ulama, ahli ibadah, ataupun orang-orang yang zuhud, sebagai panutanmu dalam beramal.
Bacalah kisah-kisah dan biografinya, karena ia akan menjadi booster yang sempurna bagi keimanan. Allah SWT berfirman, “Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (QS al-An’am [6]: 90).
Keempat, menganggap kecil amalan yang sudah dilakukan. Merasa puas dengan diri sendiri, kagum dengan amalan yang telah dilakukan adalah perusak amal yang akan memperkeruh keikhlasan atau bahkan mencabut keikhlasan. Dan yang lebih buruk lagi adalah menggugurkan pahala setelah ia bersusah payah melaksanakannya.
Merasa puas dengan diri sendiri, kagum dengan amalan yang telah dilakukan adalah perusak amal yang akan memperkeruh keikhlasan atau bahkan mencabut keikhlasan.
Said bin Jubair RA mengatakan, “Ada seorang lelaki yang masuk surga karena kemaksiatan dan ada seorang lelaki yang masuk neraka karena perbuatan baik.” Dikatakan kepadanya, “Bagaimana mungkin hal seperti itu terjadi?”
Maka Said bin Jubair menjawab, “Seorang lelaki pernah melakukan kemaksiatan, lalu setelahnya ia senantiasa merasa takut akan hukuman Allah karena kemaksiatan (yang ia lakukan) tersebut. Lalu ia pun bertemu dengan Allah. Maka, Allah ampuni dirinya dikarenakan rasa takutnya tersebut kepada-Nya.
Artikel Terkait
Rencana Strategis Pembangunan Batam Dapat Dukungan Masyarakat
Berikut Manfaat Ginseng untuk Kesehatan Tubuh, Bisa Kurangi Stres dan Kecemasan
Setelah Berdiri 70 Tahun, Toko Buku Gunung Agung Tutup Akhir 2023
BP Batam Gelar Silaturahmi dan Do'a Bersama Bagi Pegawainya yang Akan Melaksanakan Ibadah Haji
Pembangunan Kota Batam untuk Kesejahteraan Seluruh Masyarakat Kepri