Oleh: H. Muhammad Nasir, S.Ag., M.H, Kakan Kemenag Lingga
Diantara tujuan utama pendidikan ibadah puasa adalah membentuk pribadi yang bertaqwa. Ibadah puasa jika dilaksanakan dengan benar, menyebabkan seseorang mampu mengendalikan diri dan terbendung dari memperturutkan hawa nafsu.
Taqwa dan pengendalian diri tak dapat dipisahkan satu sama lain. Dia merupakan simpul kepribadian mulia di sisi Allah SWT. Dari simpul inilah lahirnya kepribadian bijaksana. Yakni kepribadian yang terkendali dari bisikan hawa nafsu, pribadi yang tenang dalam menghadapi persoalan hidup, dan pribadi yang mampu menjadi penyejuk dan penengah dalam menyelesaikan berbagai konflik kehidupan.
Orang yang memiliki kepribadian seperti ini sering disebut dengan orang arif. Pribadi yang seimbang dan mampu menata langkah kehidupan dengan bijak dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain. Pribadi inilah semestinya yang tercermin dalam kehidupan sosial orang-orang bertaqwa.
Namun apa yang kita saksikan diberbagai media saat ini, masih banyak sikap dan kepribadian dan perilaku sosial yang belum mencerminkan sikap bijak seperti yang diharapkan.
Jika kita mengikuti dinamika sosial yang terjadi, dengan jujur dapat kita katakan bahwa, masih sering terjadi perilaku sosial yang bertentangan dengan sikap bijaksana. Kita masih menyaksikan terjadinya perselisihan pendapat yang berujung dengan dendam dan sakit hati, terjadinya ketidakadilan dalam memberikan keputusan, munculnya suara-suara sentimentil dimana-mana, sikap saling menghujat, merendahkan kepribadian orang lain dan banyak sederetan perilaku sosial lainnya yang bertentangan dengan perilaku bijaksana dalam masyarakat.
Untuk itu, artikel sederhana ini mencoba mendiskusikan dari sisi kedalaman makna dan hikmah puasa yang sedang kita lakukan.
Puasa adalah ibadah yang mendidik perilaku dan kepribadian manusia untuk memiliki ketahanan mental spiritual dan mental sosial secara utuh. Ketahanan mental yang utuh akan berwujud dalam sikap dan perilaku bijak dalam bertindak. Karena itu, kepribadian yang demikian merupakan cermin dari nilai-nilai taqwa yang menjadi tujuan ibadah puasa.
Memudarnya perilaku bijak dalam kehidupan masyarakat adalah perubahan sikap yang merugikan kehidupan berbangsa. Padahal sikap bijaksana merupakan tata santun yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia yang kita junjung tinggi sejak lama.
Artikel Terkait
Psikologi Puasa
Ajaran Rasulullah SAW bagi Umat Muslim Selama Ramadan
Berikut Tingkatan Orang Puasa Menurut Imam Al Ghazali, Mana Paling Istimewa?
Pada 2030 Ramadan Terjadi 2 Kali, Ini Penjelasan Ilmiah
Bolehkah Membayar Zakat Fitrah Pakai Uang?
Berapa Besaran Zakat Fitrah yang Harus Dibayarkan per Orangnya?
Ingin Utang Anda Cepat Lunas? Amalkan Doa Rasulullah SAW Ini
Berikut Doa dan Niat Bayar Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Keluarga