Mengapa Selalu Merasa Hasil yang Didapat Hasil Usaha Sendiri?

- Kamis, 9 Februari 2023 | 09:34 WIB
ilustrasi (internet)
ilustrasi (internet)

Tentu keinginan bagi semua hamba Allah SWT yang sedang mendekatkan diri kepada-Nya untuk bisa taat melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Namun, ketika seorang hamba bisa taat kepada Allah SWT, jangan merasa itu semua hasil usaha sendiri.

Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari mengingatkan kita bisa taat kepada Allah SWT karena karunia, taufik, dan hidayah dari Allah SWT untuk kita.

"Jangan kamu berbahagia karena bisa melakukan ketaatan, tapi berbahagialah atas perbuatan taat itu karena sebagai karunia, taufik dan hidayah dari Allah SWT untuk kamu." (Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam)

Janganlah kamu merasa senang karena telah melakukan ketaatan yang merupakan sumber kebahagiaan hakiki. Ini merupakan egoisme dan sikap merasa hebat. Padahal semua yang kamu lakukan itu adalah atas kehendak-Nya.

Oleh karena itu, berbahagialah karena Allah SWT telah memberikan kamu nikmat ketaatan. Sehingga kamu bisa mengerjakan sholat, berpuasa, mengeluarkan zakat, menunaikan haji, dan lain sebagainya. Tentu jika bukan karena karunia-Nya, maka kamu tidak akan bisa melakukan semua itu.

Sebagai hamba, seharusnya kita melihat-Nya dalam segala perbuatan yang kita lakukan, bukan melihat kepada diri sendiri. Seseorang yang tidak meniadakan keberadaan-Nya, maka ia akan merasa hina dan kecil, serta tidak mampu melakukan apapun.

Sedangkan, jika seseorang melihat kepada diri sendiri maka ia akan congkak dan sombong. Kita merasa seolah-olah semua ketaatan itu adalah jerih payah sendiri, tidak ada intervensi siapa pun. Tentu cara pandang seperti ini adalah sebuah kesalahan besar dan harus dibuang sejauh-jauhnya.

Hal ini dijelaskan Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam dengan penjelasan tambahan oleh Penyusun dan Penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah tahun 2017.

Terjemah kitab Al-Hikam oleh Ustaz Bahreisy menambah penjelasan perkataan Syekh Athaillah. Ia mengatakan, bahagia atas perbuataan taat kepada Allah SWT karena merasa mendapat kehormatan karunia dan rahmat dari Allah SWT. Sehingga dapat melakukan taat, maka itu sikap yang baik.

Sebaliknya, jika gembira karena merasa diri sudah kuat dan sanggup melaksanakan taat, maka ini menimbulkan ujub, sombong dan bangga yang akan membinasakan amal taat itu. *

(sumber: republika.co.id)

Editor: Feri Heryanto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Menjadi Tamu Allah dan Haji Mabrur

Minggu, 4 Juni 2023 | 12:01 WIB

Utang dan Dusta

Sabtu, 3 Juni 2023 | 09:05 WIB

Musik dan Moralitas Agama

Senin, 29 Mei 2023 | 19:21 WIB

Bersegera Bukan Tergesa-gesa

Rabu, 24 Mei 2023 | 16:52 WIB

Berusaha Ikhlas

Selasa, 23 Mei 2023 | 07:44 WIB

Tiga Senjata Utama Hidup Bahagia

Jumat, 19 Mei 2023 | 17:30 WIB

Agar Selamat dari Sifat Dengki, Amalkan Doa Ini

Kamis, 18 Mei 2023 | 08:48 WIB

Efek Positif Sedekah

Kamis, 18 Mei 2023 | 08:07 WIB

Doa Agar Dimudahkan Mencari Nafkah

Minggu, 14 Mei 2023 | 07:26 WIB

Amalan Hari Jumat

Jumat, 12 Mei 2023 | 07:35 WIB

Doa Berlindung dari Masa Tua yang Sulit

Rabu, 10 Mei 2023 | 22:25 WIB

Jendela Waktu

Rabu, 10 Mei 2023 | 13:39 WIB

Inspirasi AlQur'an Membangun Hidup Sukses

Selasa, 9 Mei 2023 | 15:22 WIB
X