Spirit Isra' dan Mi'raj Bagi Transformasi Keumatan

- Selasa, 14 Februari 2023 | 11:26 WIB
H.Muhammad Nasir. S.Ag., M.H., Kakan Kemenag Lingga. (istimewa)
H.Muhammad Nasir. S.Ag., M.H., Kakan Kemenag Lingga. (istimewa)

Oleh: H.Muhammad Nasir. S.Ag., M.H., Kakan Kemenag Lingga

Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso, yang Kami berkati sekelilingnya untuk Kami perlihatkan padanya tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Allah SWT, Maha Mendengar Lagi Maha Melihat (QS.Al-Isra’: 1).

Bagi umat Islam, peristiwa Isra’ dan Mi’raj tidak sekedar peristiwa sejarah perjalanan spiritual Rasul Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso lalu naik ke Sidratul Muntaha, tetapi merupakan peristiwa penting bagi gerakan imaniyah dalam proses penyempurnaan penghambaan kepada Allah SWT.

Isra’ dan Mi’raj adalah peristiwa langit dan bumi untuk menunjukkan kesempurnaan kebesaran Allah SWT kepada seluruh jagat alam ciptaan. Peristiwa tersebut juga sebagai ungkapan bahwa manusia memiliki tujuan hidup yang sangat mulia.

Kehidupan manusia di bumi bersifat dinamis. Dinamisasi tersebut harus digerakkan oleh energi spiritual atau iman agar selalu berada dalam pusaran taqwa. Inilah hikmah utama mengapa peristiwa Isra’ dan Mi’raj diabadikan dalam Al-Qur'an sebagaimana firman Allah SWT, yang kita kutip diatas.

Jika kita dalami lebih jauh, peristiwa Isra’ dan Mi’raj terutama dalam kaitannya dengan kehidupan umat hari ini, maka peristiwa luar biasa ini memiliki pesan spiritual yang amat dalam yang dapat melahirkan semangat baru untuk mengimbangi nilai-nilai perubahan sosial dan moral yang terjadi.

Sebagai mana kita maklum, dengan terjadinya lompatan perubahan dalam kehidupan umat sa’at ini akibat kemajuan tehnologi modern, yang telah bertransformasi dari kampung lokal (local village) menjadi kampung global (global village) dengan segala tantangannya.

Oleh sebab itu umat Islam khususnya dan masyarakat umumnya, dituntut mempersiapkan kekuatan spirit baru dalam mengharungi kehidupan ini dengan memperkuat transendental-imaniyah yang lebih berdaya dan sempurna. Jika tidak kampung global tempat kita tinggal sa’at ini menjadi ancaman bagi keimanan itu sendiri.

Peristiwa Isra’ dan Mi’raj dapat dijadikan modal spiritual dalam transformasi keummatan dalam kehidupan. Hal ini dimungkinkan karena di dalam peristiwa tersebut mengandung nilai dan energi imaniyah yang dapat menggerakan semangat persaingan untuk lebih maju.

Telah banyak gerakan tranformasi sosial yang terjadi di berbagai negara, namun tidak berangkat dari transformasi nilai imaniyah. Umpamanya saja Jepang, dan negara-negara macan Asia ( Taiwan, Korea, Hongkong dan Singapura ), sering disinyalir bahwa semangat pembangunan yang dilakukan sangat erat kaitannya dengan “Semangat Naga” (dragon spirit) serta Confusianisme dengan pembangunan ekonomi, sosial dan budaya. Nilai-nilai moral yang terkandung dalam semangat naga telah menjadi bagian dari perjuangan hidup mereka ( Didin S.D, 1995 ).

Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana dengan nilai-nilai Isra’ dan Mi’raj yang kita peringati setiap tahunnya, mampukah menjadi spirit baru dalam tranformasi keumatan di negeri ini? Inilah yang ingin penulis bentangkan dalam artikel ini.

Jika kita baca sejarah kehidupan Rasulullah SAW (Sirah Nabawiyah), sebelum peristiwa Isra’ dan Mi’raj terjadi, Rasulullah SAW mengalami keadaan duka cita yang mendalam. Beliau ditinggal oleh istrinya tercinta, Khadijah yang setia menemani dan menghiburnya di kala orang lain mencemoohnya.

Lalu beliau juga ditinggal oleh pamannya sendiri, Abu Thalib yang (walaupun kafir) tetapi dia sangat melindungi aktivitas Nabi SAW. Tahun itu disebut “amul huzni” (tahun kesedihan / years of sorrow). Sehingga masyarakat kafir Quraisy semakin leluasa melancarkan intimidasinya kepada Nabi, sampai-sampai orang awam Quraisy pun berani melemparkan kotoran ke atas pundak Rasulullah SAW.

Kejadian itu menyebabkan menurunnya kondisi psikologis Rasulullah SAW, terutama dalam menghadapi tantangan sosial ketika itu. Sementara perkembangan masyarakat saat itu menghendaki kebangkitan baru yang tak dapat ditunda.

Halaman:

Editor: Feri Heryanto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Menjadi Tamu Allah dan Haji Mabrur

Minggu, 4 Juni 2023 | 12:01 WIB

Utang dan Dusta

Sabtu, 3 Juni 2023 | 09:05 WIB

Musik dan Moralitas Agama

Senin, 29 Mei 2023 | 19:21 WIB

Bersegera Bukan Tergesa-gesa

Rabu, 24 Mei 2023 | 16:52 WIB

Berusaha Ikhlas

Selasa, 23 Mei 2023 | 07:44 WIB

Tiga Senjata Utama Hidup Bahagia

Jumat, 19 Mei 2023 | 17:30 WIB

Agar Selamat dari Sifat Dengki, Amalkan Doa Ini

Kamis, 18 Mei 2023 | 08:48 WIB

Efek Positif Sedekah

Kamis, 18 Mei 2023 | 08:07 WIB

Doa Agar Dimudahkan Mencari Nafkah

Minggu, 14 Mei 2023 | 07:26 WIB

Amalan Hari Jumat

Jumat, 12 Mei 2023 | 07:35 WIB

Doa Berlindung dari Masa Tua yang Sulit

Rabu, 10 Mei 2023 | 22:25 WIB

Jendela Waktu

Rabu, 10 Mei 2023 | 13:39 WIB

Inspirasi AlQur'an Membangun Hidup Sukses

Selasa, 9 Mei 2023 | 15:22 WIB
X