Oleh: H. Muhammad Nasir. S.Ag.MH, Kakan Kemenag Lingga
Istilah kanvas sering kita dengar dalam masyarakat. Kanvas adalah salah satu alat yang sangat penting bagi kenderaan bermotor, sepeda, mobil dan sebagainya. Kanvas ini kita kenal dengan kanvas rem. Ia berfungsi untuk pengaman bagi pengguna kenderaan agar aman dan dapat diatur ketika berhenti atau berjalan.
Dalam dunia seni kita juga mengenal istilah kanvas, yaitu alat tempat melukis yang digunakan untuk menorehkan lukisan yang akan digambarkan. Dalam hal ini kanvas diartikan sebagai kain landasan untuk melukis yang direntangkan dengan spanram (kayu bentangan) hingga tegang sesuai kebutuhan, kemudian diberi cat dasar yang berfungsi untuk menahan cat yang akan dipakai untuk melukis (susanto, 2002:60-61).
Menggunakan kanvas untuk melukis merupakan cara dan jalan mudah untuk melukis gambar agar terlihat indah dan bernilai seni yang tinggi. Jika kita analogikan dalam kehidupan kita, bahwa dunia ini ibarat kanvas, maka semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk melukis gambaran atau jalan hidupnya. Apakah dilukis dengan indah atau jelek, tergantung cara dan kemauan sang pelukis. Kita adalah pelukis-pelukis ulung yang akan menikmati hasil lukisan kita sendiri.
Kanvas dunia adalah tempat kita melukis jalan hidup seindah mungkin. Allah swt, memberikan petunjuk jalan hidup yang akan kita tulis. Dalam surat Al-Fatihah jalan hidup yang dapat kita tulis itu hanya dua yaitu jalan lurus dan jalan bengkok. Jalan lurus adalah jalan penuh nikmat “ Shiratalladzina an’amta ‘alaihim “ dan jalan bengkok adalah jalan orang-orang yang di murkai “ Ghairil magdhubi ‘alaihim waladdhallin”.
Bukanlah suatu hal yang mudah untuk melukiskan realitas hidup ini, karena masing-masing orang memiliki jalan kehidupan yang berbeda. Allah SWT Yang Maha baik itu dengan takdir-Nya telah menciptakan alam semesta sebagai tempat kehidupan bagi makhluk-Nya, agar segenap ciptaan-Nya dapat menikmati anugerah dan kasih sayang-Nya di semesta jagat raya ini.
Melukis jalan hidup adalah kemestian untuk menunjukkan kebenaran takdir. Manusia hidup memiliki tujuan yang jelas. Baik tujuan hidup di dunia maupun tujuan diakhirat.
Manusia makhluk hidup yang diciptakan Tuhan yang bersifat ruhiyah dan jasadiyah, bersifat individual sekaligus sosial.
Sebab itu kehidupan ini bersifat dinamis selalu bergerak kearah tujuan yang digariskan. Jadi, manusia memiliki konsep kehidupan tersendiri, jika dia menggunakan dan menjalankan hidupnya dengan baik maka hidupnya memiliki makna yang baik, jika tidak maka maka hidup akan bermakna buruk dan bahkan tidak bermakna sama sekali.
Makna hidup tergantung bagaimana visi kehidupan yang dilukisnya. Visi hidup yang menjadi pilihan memiliki dua orientasi yaitu orientasi dunia ( duniawi oriented ) dan orientasi akhirat ( ukhrawi oriented ). Namun orang bijak memilih keduanya dengan memberi penekanan terhadap orientasi akhirat, “walal akhirati khairullaka minalula” ( QS. Ad-Dhuha ; 4 ).
Dangkalnya pemahaman terhadap visi kehidupan akan menyebabkan hidup semakin tidak nyaman. Bahkan tidak jarang akan membuat orang depresi dan ragu-ragu dalam menjalani hidup. Kebiasaan banyak orang sering kali melihat kehidupan hanya dari sudut pandang yang sempit berdasar pengalaman dan cara berfikirnya sendiri. Ada yang berfikir bahwa semua orang yang terhampar diatas punggung bumi ini sama dengan dirinya. Dan ada pula yang berfikir bahwa hidup orang lain jauh lebih indah dari hidupnya.
Padahal bisa jadi setiap orang memiliki pemikiran yang sama seperti yang ia fikirkan dan bisa jadi pula sama dengan pikirannya. Sebab itu tidaklah bijak jika kita larut dalam memikirkan diri kita sendiri sehingga tidak ada peluang untuk memikirkan orang lain.
Pendek kata lukisan hidup kita berbeda dengan orang lain.
Walaupun memiliki cara, waktu dan tempat yang sama dalam menjalani hidup. Lalu bagaimana seharusnya kita melukis kehidupan dunia ini agar di akhirat menemukan hidup yang indah dan abadi ?
Pertama: Melukis hidup dengan Insfirasi Zikir dan Fikir
Insfirasi zikir dan fikir adalah energi yang dapat membangun makna hidup. Berfikir merupakan aktifitas tanpa batas yang menyebabkan cakrawala kehidupan menjadi lapang dan bermakna. Hidup yang bermakna adalah hidup yang memanfa’atkan waktu dengan ibadah pro-duktif dan pro-aktif.
Dalam Al-Quran orang yang pro-duktif dan pro-aktif adalah tifikal orang cerdas yang mampu menggunakan waktu se-efektif dan se-efisien mungkin. Mereka itu adalah orang-orang yang tidak merugi. Sebagaimana dalam QS. Al-Ashar ayat 1-3. “Demi waktu, Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman dan beramal sholeh. Saling menasehati dengan kebenaran dan kesabaran”.
Menggunakan waktu dengan dasar beriman dan amal sholeh adalah tanda orang produktif dan pro-aktif. Mereka tidak mau diam menunggu waktu berputar, tetapi mereka mengelola waktu dengan maksimal. Pengelolaan waktu demikian adalah upaya menemukan makna hidup yang sebenarnya yaitu makna hidup yang utuh jasadiyah dan ruhiyah. Tetapi ada orang yang mengelola waktu hanya untuk makna hidup jasadiyah tanpa makna ruhiyah.
Artikel Terkait
Keutamaan Menghisab Diri Sebelum Tidur
Mengapa Selalu Merasa Hasil yang Didapat Hasil Usaha Sendiri?
Adab Sholat Jumat saat Khatib Memberi Khutbah
Spirit Isra' dan Mi'raj Bagi Transformasi Keumatan
6 Rukun Iman Dan Maknanya Yang Perlu Diketahui Dan Diamalkan Umat Muslim