Siapapun bisa diserang penyakit. Dan penyakit itu oleh tubuh bisa disembuhkannya sendiri. Salah satu caranya dengan asupan protein yang cukup.
President Miracle of Breath Indonesia (MoBI), Eko Yudho Tamtomo, menjelaskan tubuh memiliki kemampuan untuk menyembuhkan menyehatkan, menstabilkan apapun masalah-masalah yang berhubungan dengan dia sendiri. Hal ini dinamakan sistem hemeostasis atau sistem keseimbangan.
Menurutnya, tubuh pada dasarnya sudah dilengkapi dengan sistem saraf yang semua bekerja otomatis dan memastikan bahwa kehidupan kita berjalan terus menerus.
Tubuh diatur oleh suatu sistem yang namanya saraf otonom yang bisa mengatur semua sendiri, tanpa perlu diperintah. Misalnya jantung tahu harus berdetak dan hal lainnya.
"Antara tubuh, pikiran dan jiwa itu saling berkorelasi. Semua tercantum dalam teori naturapractic itu sangat holistik, artinya antara tubuh, pikiran dan jiwa saling berkorelasi," ujar Pemerhati dan praktisi masalah kesehatan, dalam live Streaming Acara Workshop MoBI, Bagaimana Cara Tubuh Memperbaiki Dirinya Sendiri, dilansir republika.co.id.
Misalnya jantung berdebar, habis lari atau melakukan kegiatan. Artinya tubuh merespon pikiran kita. Pada saat melakukan sesuatu jantung berdebar. Tubuh merespon apa yang ada dalam pikiran.
"Itulah makanya manusia dalam menyembuhkan dirinya sendiri, harus saling melibatkan. Pikiran dirawat dan jiwanya juga harus dirawat," paparnya.
Kesalahan dalam merawat diri sendiri, menurut Eko, kurangnya wawasan bahwa tubuh memerlukan bahan baku atau sumber paling vital untuk memperbaiki diri.
"Dengan minim pengetahun, kita tidak bisa melindungi diri kita. Dengan pengetahuan, kita bisa memfilter makanan yang bisa masuk kedalam tubuh. Yang memfilter pikiran dan wawasan," ujarnya.
Misalnya pengetahuan mengenai karbohidrat. Karbohidrat adalah racun lambat. Dia meracuni kita, menimbulkan masalah setelah 20 atau 30 tahun mendatang. Karbohidrat makanan berbahaya, tidak boleh berlebihan.
Karena itu, diabetes itu bukan penyakit berat, itu penyakit pikiran yang suka terhasut oleh lidah.
"Karbohidrat itu makanan enak. Sejak kecil merasa karbohidrat enak, setelah dewasa itu merasa sesuatu yang enak bukan hal yang dilarang. Ternyata itu tindakan yang menjerumuskan tubuh kita jadi bermasalah," kata Eko.
Ia mengatakan tubuh pada dasarnya hanya membutuhkan sedikit sumber tenaga yang datang dari karbohidrat. Yang penting kita bisa melakukan aktivitas, kegiatan sehari-hari untuk mencari rezeki, berfikir dan bersosialisasi, itu hanya secukupnya.
Tapi karena lidah menghasut kita kita jadi kelebihan sumber tenaga dan akhirnya tubuh mengalami over kapasitas dalam sumber tenaga. Hal ini menyebabkan hiperglikemia atau kelebihan gula.
Artikel Terkait
Catat Ya, Bercanda juga Ada Adab dan Batasannya
Kepala BP Batam: Dunia Pendidikan dengan Dunia Kerja Harus Link and Match
Peringati HDKD ke-77, ASN UPT Kemenkumham Touring dan Baksos di Sembulang
Sastra dan Perkembangan Masa Kini
Pasutri Pengedar Uang Palsu Diamankan Polisi