Oleh: H. Muhammad Nasir. S.Ag.MH, Kakan Kemenag Kepri
Mencermati perjalanan bangsa Indonesia akhir-akhir ini, banyak sekali tantangan yang dihadapi, utamanya terkait dengan isu keagamaan.
Menurut catatan para ahli sosial, penyebab terjadinya konflik dan ketegangan sosial dalam masyarakat, sebagaimana yang dikutip oleh Bahrul Hayat, PhD (2012), dalam bukunya Mengelola Kemajemukan Umat Beragama, terdapat beberapa faktor diantaranya adalah krisis di berbagai bidang, kesenjangan sosial ekonomi dan politik serta propaganda-propaganda keagamaan yang semakin menciptakan eksklusivitas dan sensitivitas kepentingan kelompok.
Indonesia dikenal sebagai negara yang terdiri dari banyak suku bangsa, budaya dan agama. Masyarakat Indonesia heterogen. Budaya bangsa yang banyak itu telah menjadi kearifan lokal (local wisdom) yang mengandung nilai luhur bangsa yang masih kuat tertanam dan menjadi identitas karakter warga masyarakatnya.
Baca Juga: Dahsyat! Semburan Awan Vulkanik Gunung Berapi Tonga Capai 39 KM
Namun disisi lain, nilai kearifan lokal sering diabaikan, karena dianggap tidak sesuai dengan perkembangan zamannya. Padahal dari kearifan lokal tersebut dapat di promosikan nilai-nilai luhur yang bisa dijadikan model dalam pengembangan budaya bangsa Indonesia yang dapat sejajar dan saling mendukung dengan nilai-nilai keagamaan.
Artinya nilai-nilai kearifan lokal tidaklah menjadi musuh agama. Begitu pula sebaliknya. Jika hal ini dapat berjalan dengan baik dan saling melengkapi, maka kedua nilai tersebut akan menjadi tiang penyangga yang memperkokoh kerukunan beragama di Indonesia.
Selain itu dengan maraknya isu-isu intoleran dan new morality di era disrupsi saat ini seluruh elemen sosial masyarakat global tersentak dan bangkit untuk mempersepsi tantangan yang terjadi.
Hampir di belahan dunia isu global ini merambah dalam tatanan kehidupan beragama termasuk di Kepri.
Baca Juga: Revisi Terbatas UU Kelautan Berkolerasi Erat dengan Geografis Kepri
Sebagai masyarakat kepulauan, Kepri terkenal pula dengan masyarakat Melayu yang agamis. Masyarakat Kepri memiliki komitmen bahwa nilai-nilai kearifan lokal dalam budaya Melayu dan budaya agama harus menjadi modal kekayaan untuk merawat negeri ini menuju masyarakat yang aman, damai dan sejahtera lahir batin.
Artikel ini menjelaskan dalam perspektif masyarakat Kepri, bagaimana local wisdom dan budaya keagamaan dapat menjadi modal dasar dan perekat kerukunan beragama, serta bagaimana wawasan kepulauan berbasis Melayu menjadi peneguhan kerukunan dan toleransi beragama dalam masyarakat Kepri.
Pertama, Kearifan Lokal dan Budaya Keagamaan Aebagai Asset
Kearifan lokal adalah kebijaksanaan, kecerdikan, atau kepandaian yang merepresentasikan pengetahuan seseorang terhadap hakikat kehidupan dalam daerah atau suatu tempat yang memiliki karakteristik masing-masing.
Hal itu adalah sebagai sebuah kekayaan atau mozaik yang menjadi modal sosial bagi masyarakat. Dengan kata lain, kearifan lokal adalah berupa gagasan, nilai, dan tindakan yang menjadi kebudayaan suatu daerah dengan keunikan dan kekhasannya luar biasa.
Kemudian dalam ilmu antropologi, kearifan lokal disebut juga dengan istilah “local genius” sebagaimana pertama kali diperkenalkan oleh Quaritch Wales (1986). Sedangkan dalam pandangan Ayatrohaedi, kearifan lokal adalah “the sum of the cultural characteristic which the fast majority of a people have in common as a result of their experiences in early life” ( Ayatrohaedi: 1986).
Artikel Terkait
Catat! Berikut Jadwal Timnas Putri Indonesia di Piala Asia Wanita 2022, Live di iNewsTV
Miris! 20 Gajah Mati dengan Perut Penuh Sampah Plastik
Hakim PN Surabaya yang Ditangkap KPK Pernah Bebaskan Koruptor
Timnas Indonesia vs Timor Leste Digelar 27 dan 30 Januari
Pasien Omicron Bisa Isolasi Mandiri di Rumah, Ini Syaratnya
Jadi Tersangka, Hakim Itong Isnaeni Hidayat Protes ke Wakil Ketua KPK