Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, KH Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah mengatakan, hasil Komisi Fatwa menetapkan bahwa ajaran dan kegiatan kelompok Padepokan Tunggal Jati Nusantara yang menggelar ritual di Pantai Payangan tersebut menyalahi syariat Islam dan termasuk kelompok sesat.
Komisi Fatwa MUI Jawa Timur telah mengadakan pembahasan masalah tentang ritual maut Kelompok Tunggal Jati Nusantara dan keputusan sidang komisi tersebut dipimpin Ketua Komisi Fatwa MUI Jatim KH Muhammad Ma'ruf Khozin ditandatangani bersama Ustad Sholihin Hasan pada, Kamis (17/2/2022).
"Terkait ketentuan hukum, Komisi Fatwa telah melakukan kajian dan pembahasan mendalam, sehingga menetapkan bahwa ajaran dan kegiatan kelompok itu menyalahi syariat Islam dan termasuk kelompok sesat," katanya dilansir Antara.
Baca Juga: Es Batu Stainless Steel Lagi Viral! Ini Serba-serbinya
Menurutnya ada lima alasan sebagai pijakan keputusan yakni pertama, kegiatan ritual di tempat yang membahayakan seperti yang dilakukan oleh Kelompok Tunggal Jati Nusantara adalah haram karena bertentangan dengan salah satu prinsip dasar syariat, yaitu al-hifdz al-nafs (menjaga jiwa).
Kedua, dalam prakteknya, ritual yang dilakukan oleh Kelompok Tunggal Jati Nusantara terjadi ikhtilath (perbauran) antara laki-laki dan perempuan dalam keadaan gelap yang diharamkan syariat Islam.
Ketiga, saat melakukan ritual di pantai laut selatan mengucapkan salam pembuka dengan mantra tertentu kepada Nyi Roro Kidul yang diyakini sebagai penguasa laut selatan.
Baca Juga: Tragis! Pria Ini Tewas Dimangsa Hiu saat Berenang
Keempat, biasanya ritual yang dilakukan disertai sesajen yang terdiri dari degan hijau, kembang telon, minyak basalwa biru, kinangan lengkap dan lima macam buah buahan.
Apabila sesajen tersebut telah dibawa oleh ombak, maka mereka menganggap sesajennya telah diterima.
"Hal itu merupakan bentuk kesesatan dengan mengacu pada pedoman kriteria sesat oleh Majelis Ulama Indonesia, yakni meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil syar'i (Al-Quran dan al-Sunnah)," kata Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo itu.
Kelima, melakukan penafsiran Al-Quran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir.
Baca Juga: Ketua DPRD Kota Palu Meninggal Dunia
"Keputusan yang berdasarkan lima alasan itu dilakukan setelah menelaah data investigasi dari MUI Kabupaten Jember dan masukan dari peserta sidang Komisi Fatwa MUI Jawa Timur terkait ritual kelompok Tunggal Jati Nusantara yang menyebabkan 11 korban jiwa," katanya.
Kiai Mutawakkil mengatakan ada empat rekomendasi yang dihasilkan Komisi Fatwa MUI yakni meminta kepada pemerintah untuk mengambil langkah tegas berupa larangan terhadap segala bentuk kegiatan kelompok Padepokan Tunggal Jati Nusantara.
Artikel Terkait
Korban Ritual di Pantai Payangan Jember Jadi 11 orang
Haru, Ribuan Orang Lepas DP Datuak Labuan ke Peristirahatan Terakhir
BPJPH Kemenag Segera Terbitkan Sertifikat Halal Vaksin Merah Putih
Ratusan Bangunan di Tegal Rusak Akibat Tanah Bergerak
Kota Cilegon Rawan Gempa dan Tsunami
Berikut Profil 5 Anggota Bawaslu Terpilih Periode 2022-2027