Oleh : H. Muhammad Nasir. S.Ag.MH, Kakan Kemenag Lingga
Disadari atau tidak, kini kita sedang berada dalam kawasan semesta teknologisme. Sebuah masyarakat yang diatur dan dikendalikan oleh teknologi modern yang canggih. Teknologi akan terus berkembang selagi inovasi riset pengembangan ilmu pengetahuan terus dilaksanakan oleh para ilmuan.
Karena teknologi sangat beragam dan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, maka sebagian ilmuan menggambarkan bahwa teknologi memiliki aliran pemahaman dalam masyarakat.
Umpamanya saja aliran tehnologi yang kemukakan oleh Alan, R. Drengson , yang membagi teknologi dalam empat aliran yaitu: (1) Anarki (technological anarchy), yaitu paham yang dianggap pada tahap dimana teknologi digunakan untuk main-main (flayful).
Pada tahap ini tehnologi hanya semacam coba-coba. Paham ini merupakan pandangan umum yang berkembang di Barat abat ke-19. Mereka melihat teknologi adalah sebagai instrumen untuk mencapai kekayaan, kekuatan, dan dapat menaklukan alam (Alan R. Drenson: 1982 ).
Lalu, (2) Cinta berlebihan (technophilia). Pada tahap ini manusia atau masyarakat sangat tertarik dengan keterampilan yang mereka kuasai sehingga teknologi tidak hanya sekedar instrument tetapi juga sebagai mainan dan games kehidupan. Pada paham ini orang atau masyarakat tidak memperhatikan berbagai akibat dan problem yang ditimbulkan oleh teknologi.
Dalam kondisi ini manusia diteknologikan, dijajah oleh kecintaan mereka terhadap keahlian dan teknik, dan hidup tereduksi menjadi mesin, walaupun mereka sadar bahwa teknologi membahayakan manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. (3) Takut berlebihan (technophobia), yaitu paham dimana manusia takut berlebihan dengan teknologi.
Dalam paham ini manusia dan nilai kemanusiaan harus melakukan kontrol terhadap teknologi. Dan bahkan jika memungkinkan secara ekstrim teknologi ditiadakan (detechnologized) dalam kehidupan manusia.
Kemudian (4) Tepat/bijak (appropriate technology) yaitu paham teknologi tepat guna. Dalam paham ini manusia atau masyarakat memandang teknologi dengan sikap bijak. Dalam menerima dan menggunakan teknologi manusia atau masyarakat mendorong untuk membangun keseimbangan secara matang terhadap aspek-aspek kehidupan dan keragaman hayati sebagai dampak teknologi.