Oleh: Dewi Wahyuningsih, S.Pd, Guru SMA Negeri 3 Karimun
Belajar sejatinya tidak hanya membuat seorang siswa menjadi sosok yang genius dan sukses di masa mendatang. Namun, juga memiliki karakter.
Apa itu karakter? Karakter yang dimaksud adalah sikap terpuji dan akhlak mulia yang melekat pada diri seorang siswa. Inilah tujuan akhir dari proses belajar.
Belajar tidak hanya terkait dengan teori, hafalan, tugas, dan nilai akhir. Namun, juga sikap dan akhlak terpuji.
Konsep belajar memang tidak harus di sekolah. Di rumah, di perpustakaan, bahkan di perjalanan bisa menjadi tempat belajar yang menyenangkan. Tapi, dalam pikiran masyarakat secara umum, belajar itu adalah duduk rapi di bangku kelas dan mendengarkan guru mengajar.
Saat pandemi covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia sejak awal 2020, interaksi masyarakat terbatas. Khusus di dunia pendidikan, belajar tatap muka harus diganti menjadi belajar secara daring melalui gawai maupun laptop. Berbagai macam aplikasi pun diciptakan untuk mendukung kegiatan belajar saat pandemi ini.
Kondisi sekarang di satu sisi positif. Sebab, seluruh siswa, orang tua, dan guru dipaksa untuk melek teknologi. Namun, di bagian lain, banyak siswa yang berlama-lama di depan gawai masing-masing tanpa melakukan kegiatan pembelajaran sebagaimana mestinya. Ditengarai, para siswa banyak bermain game dan asyik bermedia sosial.
Timbul pertanyaan. Apakah belajar secara daring bisa sebaik belajar tatap muka di kelas?
Melihat kondisi selama satu tahun setengah sejak pandemi melanda, para siswa yang belajar di rumah via daring mengalami kebosanan. Banyak yang sudah tidak antusias untuk mengikuti pelajaran. Hal ini dinilai akan berpengaruh pada psikis dan karakter siswa.