Oleh: Yulinda Sari, Mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Kerap kita dengar perceraian suami istri terjadi di tengah masyarakat. Bermacam faktor menjadi penyebabnya.
Hidup serumah dalam ikatan suami istri diperlukan kesiapan diri yang matang. Agar bahtera rumah tangga tetap kokoh, tentu perlu kerjasama yang baik. Pasangan suami istri harus bisa saling menguatkan antara keduanya.
Namun, di tengah masyarakat, banyak didengar hubungan suami istri akhirnya bubar. perceraian terjadi karena tidak adanya keselarasan antara mereka berdua.
Dari sejumlah referensi, ada beberapa hal yang menjadi alasan utama terjadinya perceraian.
Pertama, ketidaksetiaan.
Dalam hal ini, ada salah satu dari pasangan suami istri yang mengingkari janji mereka berdua. Pasangan yang disakiti tidak dapat memaafkan dan memilih bercerai. Atau sebaliknya, pasangan yang berselingkuh memilih bercerai demi pasangan barunya.
Kedua, kekerasan dalam rumah tangga.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menjadi salah satu penyebab utama perceraian. Banyak pasangan memilih menyelamatkan kehidupannya dengan bercerai karena sering mendapat aniaya, baik secara fisik maupun verbal.
Ketiga, masalah ekonomi
Salah satu pasangan, biasa istri, menganggap pasangannya tidak mampu memenuhi kebutuhan materi keluarga, sehingga meninggalkan pasangannya dengan bercerai.
Pernikahan dini
Menikah belum cukup umur membuat pasangan muda kerap belum siap menghadapi berbagai kesulitan dalam kehidupan perkawinan. Sehingga seringkali keputusan bercerai diambil saat menghadapi banyak tekanan hidup.
Dari beberapa hal yang menjadi alasan perceraian, masalah ekonomi merupakan faktor utama. Dan ketika perceraian terjadi, maka yang akan menjadi korban pertama adalah sang anak.
Anak merupakan korban yang paling terluka ketika orang tuanya memutuskan untuk berpisah. Anak dapat merasa ketakutan karena kehilangan sosok ayah atau ibu mereka, takut kehilangan kasih sayang orang tua yang kini tidak tinggal serumah.
Bahkan, ada anak yang merasa bersalah dan menganggap diri mereka sebagai penyebabnya.
Dampak perceraian pada anak beragam, mulai dari prestasi sekolah anak yang menurun, hingga anak menjadi apatis saat memulai hubungan dengan lawan jenisnya.
Anak cenderung merasa takut untuk berkomitmen dan menganggap bahwa hubungan dengan lawan jenis itu tidak penting dan hanya berujung pada perpisahan.
Sejumlah penelitian menyebutkan, salah satu akibat buruk dari perceraian orang tua adalah membuat anak berpotensi melakukan seks bebas saat ia mulai berpacaran dengan lawan jenisnya.
Artikel Terkait
Batam Siapkan Dua Rumah Sakit Rujukan untuk Antisipasi Cacar Monyet
Bagaimana Menurunkan Angka Stunting?
Kloter 8 Sudah ke Pekanbaru, Debarkasi Batam Sisakan 4 Kloter
PWI Sumbar Sementara Dikomandoi Plt
AS Sampaikan jika Wabah Cacar Monyet Jadi Darurat Kesehatan Masyarakat
Berikut Jadwal Timnas Indonesia U-16 vs Vietnam di Piala AFF U-16 2022
Bentuk Agen Perubahan, BP Batam Gelar Pembinaan ESQ untuk SDM Badan Usaha