Oleh: Nisa Hafzhiyah Hasibuan, Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumut
Audio visual adalah sejenis alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Paduan antara gambar dan suara membentuk karakter sama dengan obyek aslinya.
Alat-alat yang termasuk dalam kategori media audio-visual adalah: televise, video-VCD, sound dan film. Media audio visual merupakan media yang dapat didengar sekaligus dilihat. Media audio visual dapat menjadi salah satu pilihan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Sebagai media pembelajaran dalam pendidikan dan pengajaran, media audio-visual mempunyai sifat, yaitu kemampuan untuk meningkatkan persepsi, kemampuan untuk meningkatkan pengertian, kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar, kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau pengetahuan hasil yang dicapai dan kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).
Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik, maka dibutuhkan kemampuan berbahasa. Salah satunya ialah kemampuan menyimak. Pengajaran bahasa, terutama pengajaran bahasa lisan sering dijumpai istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Ketiga istilah itu berkaitan dalam makna namun berbeda dalam arti.
Menyimak merupakan salah satu sarana efektif dalam menjaring informasi di dunia, menyimak selalu didahului dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung maupun melalui media lain. Kebanyakan orang dewasa diperkirakan telah menggunakan waktu dalam aktivitas komunikasi: 45% digunakan untuk mendengarkan, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan hanya 9% untuk menulis (Iskandarwassid, 2008: 47).
Keterampilan menyimak dan membaca yang dimiliki siswa masih cukup lemah baik ditingkat sd, smp, sma maupun perguruan tinggi, kurangnya media yang dapat dipakai guru sebagai bahan simakan sehingga, belum terlaksanakannya tes keterampilan menyimak. Bahkan pengajaran menyimak pun hanya sebatas bahan materi tanpa pengkajian lebih dalam.
Penggunaan media sebagai alternatif sarana dalam pembelajaran keterampilan menyimak belum dioptimalkan oleh guru. Merujuk pada uraian di atas, pengembangan media audio visual merupakan perwujudan dalam pembelajaran.
Contohnya sastra nusantara yang dituturkan secara lisan dan mengangkat tema-tema terkait nilai-nilai budaya nusantara yang ada di Indonesia. Cerita yang diangkat adalah cerita rakyat yang mengandung nilai-nilai budaya nusantara seperti nilai-nilai budaya dari buku cerita rakyat lampung yang berjudul Hikayat Datuk Tuan Budian oleh Susilowati dan Sultan Domas Pemimpin yang Sakti dan Baik Hati oleh Yuli Nugrahani.
Media pembelajaran audio visual ini dapat berupa narasi dari sebuah cerita nusantara serta dilengkapi dengan ilustrasi gambar sebagai pendukung. Nah, dari gambar tersebut kita dapat melihat nilai budaya yang ada dalam cerita tersebut seperti bersyukur kepada Tuhan, bergotong royong, hormat menghormati, penolong, dermawan, cinta damai, sabar, keberanian, kewaspadaan, bijaksana dan lainnya.
Media Audio Visual perlu digunakan serta dikembangkan oleh guru, Media ini bukan hanya alat bantu guru namun sebagai kesadaran baru bahwa media pembelajaran menjadi salah satu bagian penting dalam sistem pendidikan, sehingga dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk membantu kelancaran dibidang tugas yang dilakukan untuk kemajuan dan meningkatkan kualitas siswa.
Media Audio Visual memiliki kelebihan sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa. Proses belajar mengajar akan lebih variatif didampingi komunikasi verbal melalui pemaparan oleh guru. Media audio visual dapat meminimalisir kecenderungan rasa bosan dan jenuh siswa akibat pembelajaran yang monoton. Jadi, dengan media audio visual dapat mengubah suasana pembelajaran membaca menjadi lebih menyenangkan dan lebih meningkatkan keterampilan membaca (Sayidiman, 2012).
Adapun Manfaat Media Audio Visual yaitu:
1) Film dan video dapat digunakan sebagai gambaran suatu proes agar tepat yang dapat dilihat secara berulang-ulang jika merasa perlu.
2) Selain mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video juga memperlihatkan sikap dari segi-segi afektif lainnya.
3) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok peserta didik.
4) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung.
5) Film dan video dapat ditunjukan kepada kelompok besar atau kecil. ***
Artikel Terkait
Mut
Merantau
Lebaran di Kepala
"Bukankah itu Namaku?"
Dia Ingkari Sejarah Itu