Paradigma Pendidikan Berkesadaran di Madrasah, Menyambut Hari Guru 2022 (Bagian 2)

- Minggu, 27 November 2022 | 11:32 WIB
H. Muhammad Nasir. S.Ag.MH, Kakan Kemenag Lingga. (istimewa)
H. Muhammad Nasir. S.Ag.MH, Kakan Kemenag Lingga. (istimewa)

Oleh: H. Muhammad Nasir.S.Ag., M.H., Kakan Kemenag Lingga

Untuk Apa Pendidikan Ber-Kesadaran?

Sebelum kita membahas untuk apa pendidikan berkesadaran, penulis menjelaskan terlebih dahulu fungsi manajemen pengelelolaan pendidikan berkesadaran.

Sebagaimana yang kita maklum, fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer (kepala madrasah) dalam mengelola pendidikan untuk mencapai tujuan.

Fungsi manajemen pertama kali dikenalkan oleh seorang industrialis Prancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengkoordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.

Menurut Terry, terdapat empat fungsi manajemen yang dapat diimplementasikan dalam pendidikan berkesadaran. Empat fungsi tersebut dikenal dengan POAC, yaitu: planning (Perencanaan), organizing (Pengorganisasian), actuating (penggerakan/pengarahan) dan controlling (pengendalian) (Terry, George R. 2008 ).

Hal itu dapat kita uraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan Pendidikan Ber-kesadaran
Perencanaan pendidikan berkesadaran merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan alternatif-alternatif, kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur, dan program-program sebagai bentuk usaha untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Ada empat tingkat kemampuan dasar dalam kegiatan perencanaan:

a. Insight: kemampuan untuk menghimpun fakta dengan jalan mengadakan penyelidikan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang direncanakan.

b. Forsight: kemampuan untuk memproyeksikan atau menggambarkan jalan atau cara-cara yang akan ditempuh, memperkirakan keadaan- keadaan yang mungkin timbul sebagai akibat dari kegiatan yang dilakukan.

c. Studi eksploratif: kemampuan untuk melihat segala sesuau secara keseluruhan, sehingga diperoleh gambaran secara integral dari kondisi yang ada.

d. Doorsight: kemampuan untuk mengetahui segala cara yang dapat menyamarkan pandangan, sehingga memungkinkan untuk dapat mengambil keputusan.
Perencanaan pendidikan berkesadaran merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. (Mulyasa, E: 2001).

Jadi perencanaan pendidikan berkesadaran adalah suatu tindakan mendeterminasi sasaran-sasaran dan arah yang akan diikuti dalam penentuan secara matang dan cerdas tentang apa yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan.

Baharuddin dan Makin mengatakan, perencanaan merupakan aktivitas pengambilan keputusan mengenai sasaran (objectives) apa yang akan dicapai, tindakan apa yang akan diambil dalam rangka pencapaian tujuan atau sasaran dan siapa yang akan melaksanakan tugas-tugasnya.

Sumber-sumber perencanaan antara lain: (1) kebijaksanaan pucuk pimpinan/kepala sekolah/madrasah, (2) hasil pengawasan, (3) kebutuhan masa depan, (4) penemuan-penemuan masalah baru, (5) prakarsa dari dalam institusi/lembaga, (6) prakarsa dari luar. (Baharuddin dan Makin, Moh. 2010).

Halaman:

Editor: Feri Heryanto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

SAKTI, Aplikasi Pengelolaan Keuangan yang Sakti

Senin, 29 Mei 2023 | 08:18 WIB

Batam Kekurangan Ratusan Guru SD dan SMP

Selasa, 2 Mei 2023 | 16:30 WIB

Disdik Tanjungpinang Luncurkan Program SICERDIK

Kamis, 15 Desember 2022 | 09:31 WIB

Reformasi Mutu Madrasah

Minggu, 4 Desember 2022 | 14:09 WIB

MAN IC Batam Juara Umum Lensa Paradigma Polibatam 2022

Minggu, 16 Oktober 2022 | 20:22 WIB

Meraih Prestasi dengan Cinta Budaya Literasi

Sabtu, 15 Oktober 2022 | 09:00 WIB

Korupsiologi

Selasa, 11 Oktober 2022 | 13:14 WIB
X